Halaman

  • Home
  • Mom and Kids
  • Writing
  • Recipe
  • Photography

05/10/12

LATIHAN SABAR

gambar di ambil dari cetusanhati.com

Alhamdulillah. Hari ini seorang sahabat mengingatkan saya mengenai SABAR. Hanya rangkaian 5 huruf sederhana, yang mudah sekali untuk diucapkan namun sulit untuk diaplikasikan. Nasihat ini tepat datangnya saat hati saya sedang galau. Saat saya merasa ujian mendidik si sulung bertubu-tubi menghampiri saya.
Saya sadari si sulung bukanlah lagi anak kecil usia balita. Kini usianya genap 7 tahun. Jiwanya sebagian sudah milik lingkungan dan teman-temannya. Sayapun meyakini bahwa dia perlu bersosialisasi. Yang membuat saya harus menahan emosi adalah jika si sulung sudah main bersama teman-temannya hampir lupa waktu, lupa makan, bahkan lupa sholat. Akibatnya, jika sudah kecapean main dia akan uring-uringan nggak jelas. Bangun tidur pagi jadi susah, ngaji atau belajar baru sebentar sudah nguap berkali-kali. Mungkin bagi sebagian orangtua ini masalah biasa, namun bagi saya menjadi masalah yang luar biasa. Saya jadi mudah tersulut emosi jika si sulung sudah mulai rewel. Belum lagi 2 adiknya minta perhatian, dan pekerjaan rumah yang menanti. Waaah, kalau sudah begini rasanya ingin pergi ke hutan lalu teriak sekenceng-kencengnya kayak Tarzan hehe.
Sebenarnya saya sendiri masih belum konsisten untuk menerapkannya. Seringnya pancingan emosi dari si sulung langsung saja saya sergap. Saya butuh banyak sekali asupan sabar. Dan sejatinya kesabaran tidak ada batasnya. Saya bosan terus-terusan harus mengomeli si sulung. Mungkin begitu juga dengan dia, bosan mendengarkan Umminya tidak berhenti menasehati. Pada akhirnya saya coba berdamai dengan hati. Dan saya coba praktekkan nasehat teman saya. Usaha yang dilakukan apabila anak-anak mulai memancing emosi, cobalah untuk :
  1. Berhenti sejenak, duduk lalu tariklah nafas dalam-dalam. Hal ini saya rasakan dampaknya luar biasa. Karena saat kita tarik nafas sebenarnya kita sedang berusaha meredam emosi agar tidak meluap. Coba deh!!
  2. Jika cara yang pertama sudah kita coba dan ternyata masih ingin marah. Ambillah air wudhu.
  3. Mintalah pertolongan pada Allah yang Maha membolak-balikkan hati. Agar kita syukuri amanah yang telah Allah titipkan pada kita.
  4. Mendekatlah dengan kebaikan dan bertemanlah dengan orang-orang yang dapat memberikan aura positif pada kita.
  5. Jadikanlah suami sebagai patner, tempat berbagi sehingga kita tidak merasa sendirian menghadapi persoalan yang ada.
Dan akhirnya saya mengambil kesimpulan bahwa ujian sabar bagi setiap orang berbeda-beda. Kembali teringat ayat Allah Q.S Al Baqarah : 286 "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat pahala dari kebajikan yang dikerjakannya dan dia mendapat siksa dari kejahatan yang diperbuatnya"

Ya Allah ampuni hambaMu yang khilaf dan penuh dosa. Semestinya saya bersyukur masih dipercaya oleh Allah untuk diberikan amanah. Setiap orang memiliki porsi yang berbeda dalam kesabaran. Dan ujian yang mereka hadapipun berbeda. Saya harus berjuang untuk menjadikan sabar terpatri dalam jiwa. Tidak sekedar di lisan namun saya hayati dalam diri sehingga terpancar kesabaran dalam raga. 

Bismillahitawakaltu'alallahi Laa Haula Walakuwwataillaabillah

2 komentar:

  1. smoga kita menjadi orang yang sabar ya mba

    BalasHapus
  2. amin, mbak sama-sama berdoa y mbak. Terima kasih sudah mampir...

    BalasHapus

Terimakasih, telah berkunjung ke Rumah Sederhana. Semoga dapat terjalin erat tali silaturrahmi ^_^