Halaman

  • Home
  • Mom and Kids
  • Writing
  • Recipe
  • Photography

09/04/13

Nadia Sayang Mas dan Adik


foto pribadi.com
 “Ummi, cokelatnya satu lagi ya,” pinta Nadia, anak kedua kami yang saat ini berusia 3,8 tahun.
“ Lho…Mbak Nadia kan cokelatnya sudah ada, kok beli satu lagi?”
“Ummi, yang satu lagi buat Mas Rakha. Mas kan lagi sekolah, jadi Mbak belikan cokelat buat Mas Rakha, boleh ya, Ummi?” bujuknya pada saya. Tanpa protes sayapun  mengiyakan.

Saya bersyukur saat ini Nadia memiliki sense of sharing dengan kakak dan adiknya. Meskipun terkadang sikap egoisnya sebagai anak-anak muncul. Tidak jarang saat membeli sesuatu di Minimarket dekat rumah kami, Nadia selalu ingat untuk membelikan kakaknya jajanan yang sama seperti yang dia beli. Contohnya saja saat Nadia ingin membeli cokelat, pasti dia langsung mengambil 2 cokelat. Sebelum saya bertanya untuk siapa cokelat yang satunya lagi, dengan segera Nadia berucap “Ummi, cokelat ini untuk Mas Rakha, ya.”  Namun sesampainya di rumah dia menginginkan cokelat milik kakaknya, karena cokelat miliknya sudah habis saat masih di Market. Akhirnya Nadiapun merajuk pada saya “Ummi, coklat punya Mas buat aku ya…akunya masih pingin. Nanti kita ke Market lagi, beli coklat untuk Mas Rakha ya, Ummi.” Hahaha!

Saya dan suami sepakat untuk menerapkan prinsip kasih sayang pada anak-anak mulai sejak dini. Apalagi saat usia Rakha 5 tahun dan Nadia 1,8 tahun saya mengandung anak ketiga. Bertahap kami sampaikan bahwa mereka akan memiliki adik. Belajar untuk saling menyayangi dengan berbagi mainan, makanan atau apapun dengan saudara mereka. Saya tidak khawatir kepada Rakha karena dia sudah mulai bisa diajak dialog dan sudah terbiasa berbagi kesenangannya dengan Nadia. Melainkan, yang saya khawatirkan adalah Nadia.

Saat awal kelahiran adiknya, terlihat sekali kecemburuan Nadia. Contohnya saja saat saya menggendong adiknya, tiba-tiba dia menghampiri untuk minta digendong juga. Tidak jarang, Nadia dan adiknya menangis bersamaan. Alhasil, keduanya saya gendong bersamaan. Nadia gendong di belakang, sedangkan adiknya gendong di depan. Jangan dibayangkan berapa beratnya beban yang saya gendong. Seperti bakul jamu gendong anak. Hehehe. Lain waktu adalah ritual malam saat mau ngelonin adiknya. Ada saja kejadian yang sering bikin heboh. Adik Husna matanya sudah sayup-sayup ingin tidur, lalu saya gendong dan dikelonin di kamar. Menyadari saya enggak bersama Nadia, tiba-tiba dia menyusul saya ke kamar dan merajuk ingin dikelonin juga.  Nah lho...yang satu sudah ngantuk berat, yang satu merajuk minta perhatian. Meski dirayu untuk dikelonin Abinya pun dia tetap enggak mau. 

Pernah Nadia protes, “Ummi ngelonin Mbak dulu, kalau Mbak sudah tidur baru Ummi ngelonin dede Husna.” “Oalah…Nduk, lha ini dedenya sudah nagis kencang minta disusuin, Mbak ngalah dulu ya sama dede. Selesai Ummi nyusuin dede, Ummi ngelonin Mbak.” Nadia menolak saran saya. Dia tetap ingin didahulukan. Repot memang, namun saya tidak patah semangat untuk terus menyuntikkan nasihat kepada Nadia, bahwa keberadaan adiknya bukan ancaman baginya melainkan menyenangkan. Karena sekarang dia mempunyai teman bermain selain kakaknya. 

Saya terus berusaha untuk menumbuhkan rasa kasih sayang Nadia pada kakak dan adiknya. Pernah saya belikan boneka lengkap dengan stroller mainan, lalu saya bermain peran dengan Nadia. Nadia jadi Ibunya dan boneka jadi dedenya. Saat saya menggendong dede Husna, Nadia ikut menggendong bonekanya. Alhamdulillah Nadia senang sekali, tidak jarang dia juga kecup sayang dan membelai kepala dede Husna dan bonekanya. Alhamdulillah cemburu Nadia pada adiknya mulai berkurang.

Ternyata menumbuhkan kasih sayang pada anak tidak cukup hanya dengan kata-kata. Anak-anak harus memiliki contoh dan keikhlasan kita untuk menyayangi mereka. Sehingga pesan kasih sayang dapat mereka tangkap dengan tepat.

Semoga saja sampai kalian dewasa, tetap saling berkasih sayang. Doa Ummi dan Abi untuk kalian semua, Nak. Love U All.

1 komentar:

  1. Hihihi Mbak Nadia lucu, sama kayak anakku nih mak, Shaki. Kalo jajan belinya 2 yg sama, tp pas di rumah punya Mas-nya juga diminta krn punya dia udah abis. wkkwkwkwkwk. sekarang Shaki aku panggil Mbak Shaki, dia yg minta jg. Ga mau Dede, katanya. Maunya Mbak aja, kan udah gede. Padahal juga blm niat mau punya anak lagi akunya. :D

    Btw, mak, itu anak2mu lucu2 amat pipinya gembil2 semuaaaaaa. :D

    BalasHapus

Terimakasih, telah berkunjung ke Rumah Sederhana. Semoga dapat terjalin erat tali silaturrahmi ^_^